Potret Saat Para Guru Pulau Giliraja Turun Dari Perahu |
Sumenep - Kehidupan memang tak selamanya baik dan sempurna dialami oleh semua Makhluk Tuhan YME, nasib dan takdir tak selalu sama, mereka diberikan pembeda satu sama lain. tak terkecuali kisah pilu para pejuang pendidikan di daerah kepulauan. Ada banyak cerita dan oretan kisah tentang mereka yang perlu kita simak. Kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami sahabat kita Para Guru di Kepulauan Giliraja, Kecamatan Giligenting, Sumenep, Madura, Jawa Timur (Jatim). Minggu, (08/02).
Kisah mereka sungguh tragis, setiap hari mereka melaksanakan tugas di pulau sebrang. Mereka dengan penuh semangat untuk melaksanakan tugas yang merupakan keniscayaan. Dengan gelak tawa, mereka bersenda gurau untuk menghibur dirinya dan teman-temannya. Meski, tak sesuai dengan hati nuraninya. Terkadang, sesekali terdengar juga keluh- kesah dari mereka karena sudah tak kuat menahan diri dengan segala kisah yang mereka alami.
Pagi hari, tiba saatnya para guru yang melaksanakan tugasnya, baik berstatus PNS, PPPK dan Honorer di sebuah pulau yang bernama "Pulau Giliraja". Pasang-surut air laut menjadi teman yang selalu menyapa setiap hari, baik saat mereka berangkat menuju tempat tugasnya dan pulang memenuhi kewajiban mereka dalam melaksanakan tugas. Saat air laut pasang para guru di Pulau Giliraja boleh dan bisa tertawa lebar kerena perjalanan mereka pergi dan pulangnya tidak harus berbasah-basah dengan air laut.
Namun ketika air laut surut, para kuli pendidikan tersebut harus lepas celana panjangnya yang sudah terpasang rapi sejak berangkat dari rumahnya, mereka harus berjalan didalam air laut menuju perahu kecil, dan sudah tentu harus berbasah-basahan. Belum lagi, hempasan ombak yang seringkali juga menjadi tantangan dan mengundang gelak dan tawa dari para rekan yang lain, eh... kelihatan lucu saat mereka menghindar dari ombak, tapi ombak yang nakal itu tetap menghempas separuh tubuhnya hingga basah kuyup...itulah sebabnya, kisah ini akan menjadi kisah yang tak akan pernah hilang dan akan terus melekat pada kisah kami para guru yang ditugaskan disana.
Suatu ketika, angin kencang datang menghembus dan ombak besar seketika datang tanpa permisi menghampiri perahu kecil yang kami tumpangi.Seperti mimpi buruk datang dengan taruhan puluhan nyawa terombang-ambing dilautan lepas. Nasib mujur masih berpihak pada kami, perahu yang biasanya 45 menit sampai di tempat tujuan harus mengayun disisi ombak yang berhamburan menyapu wajah dan tubuh kami. Bibir yang komat-kamit membaca doa belas kasihan sang maha kuasa, berharap hari esok masih bisa kami nikmati, dikala itu.Akhirnya, satu jam lewat kami baru tiba ditempat tugas dengan keadaan selamat.
Suasana itu sungguh menggugah hati kita, dari rasa takut dan kerasnya kehidupan yang kami jalani tersebut. Namun, dari sanalah lahir rasa persaudaraan dan kekompakan yang perlu kita rawat bersama, senasip, seperjuangan dan bersama kita rawat bersama para guru "PAHLAWAN GILIRAJA".
Perjuangan, dan kisah dari seorang guru yang sedang berjuang mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa. Hal itu akan tetap terkenang dan sangat mengesankan pada semua guru yang melaksanakan tugas di Pulau Giliraja, semoga perjuangan mereka benar-benar menjadi ladang kebaikan yang nantinya akan terlihat oleh jejak waktu diantara pelita-pelita yang tertata diujung sejarah. Rasa yang terucap menjadi balutan ikhlas dan sejuta tanggungjawab yang diembannya. Maka, Ikhtiar dan doa akan selalu dipanjat sebagai penerus yang sanggup mengangkat harkat dan martabat Bangsa dan Negaranya.
Harapannya, semoga kedepan para guru yang bertugas di Pulau Giliraja segera menikmati perjalanan yang lebih baik menuju tempat tugas yang sebenarnya sesuai domisili mereka masing-masing,itulah harapan kami. Aamiin....
Ditulis oleh: Admandar, salah satu pejuang Pulau Giliraja.(08/02).
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSemoga mendapatkan masa depan yang lebih baik dan berkah.
ReplyDelete